Harga minyak naik pada Rabu (02/06) pagi di Asia, bertahan di level tertinggi sejak Oktober 2018, usai Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak dan mitranya (OPEC+) memperkirakan prospek permintaan bahan bakar terus membaik. Sementara itu, peningkatan pasokan Iran juga menjadi sangat penting.
Harga minyak Brent naik 0,24% ke $70,42 per barel dan harga minyak WTI naik 0,22% di $67,87 per barel.
OPEC+ menyetujui untuk terus mengurangi pasokan secara bertahap hingga Juli dalam pertemuan hari Selasa kemarin. Namun, kelompok itu tidak memberikan petunjuk tentang kebijakan pasokan lebih lanjut dan tetap berhati-hati hingga pertengahan tahun 2021.
Dalam komentar yang dibuat setelah pertemuan, Menteri Energi Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman mengatakan bahwa ada pemulihan permintaan yang solid di AS dan China, dua negara importir minyak terbesar dunia, menambahkan bahwa kecepatan peluncuran vaksin “hanya dapat mengarah pada penyeimbangan lanjutan dari pasar minyak global”.
Prospek pasar juga akan tergantung pada COVID-19 dan perundingan yang sedang berlangsung antara Iran dan AS. Yang terakhir kemungkinan diharapkan sanksi terhadap Iran tidak dicabut sebelum pembicaraan untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir antara Iran dan negara dunia utama sekarang akan berakhir pada Agustus, menurut pejabat Iran.
Minyak telah melonjak sekitar 40% hingga tahun ini seiring munculnya permintaan bahan bakar karena pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung dari COVID-19 di AS, Cina dan beberapa negara Eropa, meski bertambahnya kasus wabah COVID-19 baru-baru ini di beberapa negara dunia seperti Jepang dan Taiwan.
“Permintaan dalam satu tahun atau lebih mungkin akan kembali ke tingkat sebelum krisis,” menurut prediksi Direktur Eksekutif Badan Energi Internasional (IEA) Fatih Birol kepada Bloomberg.
Lebih lanjut di sisi penawaran, data pasokan minyak mentah AS dari American Petroleum Institute dan Badan Informasi Energi AS pada hari Kamis.
Source : id.investing.com